Ahad(05/03), Saya dan teman-teman menyempatkan diri bersilaturahim ke rumah saudara kami yang baru dianugrahi nikmat Allah berupa buah hati yang amat menyenangkan sekali di pandang mata. Berita tentang kelahiran adalah merupakan salah satu kabar gembira yang para malaikat pun menyambutnya dengan ucapan selamat, maka kita pun dianjurkan untuk mengucapkan selamat atas kelahiran bayi yang dengannya kehidupan ini akan berlanjut.
Syukri dan Yeni memberi nama yang baik sekali untuk putra pertama mereka "Hauzan Mufli Syakir" yang artinya kurang lebih Insan yang beruntung lagi bersyukur. Sungguh indah sekali do'a yang tersampaikan bagi anak mereka. Memang, jika kita bicara keindahan maka, diantara keindahan yang disukai Allah adalah memberi nama anak yang baik dengan makna yang baik pula. Inilah pendidikan pertama yang diberikan orangtua bagi anaknya.
Di sela-sela pembicaraan, kami sempat berdiskusi sedikit tentang pendidikan bagi anak. Mengingat tugas ini menjadi amanat dan tanggung jawab yang dibebankan kepada para orang tua.
Sebagaimana yang disebutkan Al Ghazali bahwasannya jalan untuk mendidik anak-anak termasuk urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas lebih dari yang lainnya, karena kalbu anak yang bersih merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan dengan kebaikan niscaya ia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang paling bahagia di dunia dan akhirat, sebaliknya jika dibiasakan dengan keburukan niscaya ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa.
Saya menambahkan, bahwa orangtua berkewajiban untuk memelihara anak-anaknya dengan mendidik aqidah , membersihkan pekerti, dan mengajarkan akhlaq-akhlaq yang mulia sedini mungkin. Maksud saya sedini mungkin di masa-masa golden age nya antara 0 - 7 tahun, makanya disarankan orangtua terutama ibu tidak boleh lengah dengan waktu-waktu penting masa pertumbuhan anak apalagi jika sampai meninggalkannya untuk aktivitas di luar rumah seperti bekerja. Hmmm... teman-teman sempat punya pendapat yang kontradiktif, tapi......toh setiap keluarga punya solusi masing-masing yang tidak bisa diintervensi.
Tanpa ujung dan kesimpulan, diskusi kecil kami berakhir untuk melaksanakan sholat Ashar. Namun hingga tertulisnya berita singkat ini, saya masih terfikir bahwasannya seorang anak punya hak yang tinggi untuk mendapat murabbi(pendidik) yang notabene merupakan orangtuanya sendiri. Terutama di masa kanak-kanak mereka, ini adalah fase yang paling subur dan paling dominan bagi seorang murabbi menanamkan norma-norma yang mapan dan arahan yang bersih. Jika pada fase ini di maksimalkan sebaik-baiknya tentu harapan besar bagi keberhasilan seorang murabbi di masa mendatang akan mudah diraih. Sehingga kelak sang anak akan menjadi pemuda yang memiliki daya resistensi yang tinggi terhadap berbagai macam tantangan serta kokoh lagi tegar dalam keimanan.
Saat ini mungkin saya hanya bisa bicara. tapi semoga di masa depan diberi anugerah besar jadi murabbi bagi anak sendiri....kira-kira mampu nggak ya ?? Buat teman-teman yang sudah jadi murabbi dan akan jadi murabbi... Selamat berjuang ya... |